” Teman-teman, ke Soe nih di NTT
Soe??
Iya.. Di NTT hehe
Ooohh.. Hahahahaha.. Gw kira typo “
Itulah sepenggal pembicaraan saya via whatsapp dengan seorang teman kemarin. Rupanya nama kota Soe masih asing di telinganya sampai dia mengira saya salah ketik alias typo :’)
Berbicara soal typo, mendapatkan kota Soe sebagai wahana penempatan internsip (ini bukannya salah tulis tetapi dalam website resmi memang tertulis internsip-kemenkes), bagi saya pribadi merupakan sebuah typo, an error. Tujuan awal saya bukanlah ke kota tersebut. Jauh-jauh hari sebelumnya saya dan teman-teman sudah merencanakan untuk pergi ke kota Kutai Barat di Kalimantan Timur. Rencana matang sudah disiapkan dengan berbekal pengalaman menyenangkan dari para senior kami, juga dengan pertimbangan Kutai Barat bukanlah destinasi favorit peserta internship sehingga kemungkinan semuanya dapat menempati lokasi tersebut dirasakan lebih besar.
Kemudian, layaknya mengetik sebuah pesan di handphone touch screen di mana ketidaksengajaan salah mengetik huruf dapat terjadi, demikian juga saat detik-detik pemilihan wahana. Berkompetisi dengan anak-anak fakultas kedokteran lain di seluruh Indonesia yang kabarnya mencapai 2.800 orang dalam periode ini, an error pun tidak terhindarkan. Mulai dari loading website yang sangat lama, password dikatakan salah, sudah masuk ke dalam data wahana tetapi tidak dapat dipilih sehingga harus refresh ulang dan kembali menunggu proses loading… Pada akhirnya, baru 30 menit kemudian saya berhasil masuk dan siap memilih. Saat meng-klik Kutai Barat, tidak lama kemudian sebuah tulisan muncul “MAAF! ANDA KALAH CEPAT” (kurang lebih artinya seperti ini walaupun kalimatnya tidak sama persis :p) Kepanikan pun melanda. Oke, saya akan pilih Maluku Utara ke Tobelo karena memang itu tujuan saya bila akhirnya tidak dapat bersama-sama dengan teman-teman yang lain. Namun, lagi-lagi kalah cepat karena wahana tersebut sudah tidak tercantum dalam daftar yang artinya kuotanya sudah terisi oleh kandidat lain. Akhir cerita…. Soe. Inilah kota yang akan menjadi rumah kedua saya untuk satu tahun ke depan.
Sejujurnya, saya sudah ada feeling akan terpisah dari kelompok saya, dari teman-teman yang di mana bersama mereka saya merasa nyaman dan percaya sepenuhnya, baik pada saat bersenang-senang dan saling ledek-ledekkan sampai saat paling melelahkan dan penuh tekanan dalam pekerjaan. Dan itulah yang menjadi beban terbesar. Because it is them that suits me best.
Namun, secara cepat hati saya menegur saya dan membantah: “Rupanya kamu lebih takut tidak bersama-sama dengan teman-temanmu dibanding tidak bersama-sama dengan Tuhan?”
Enough said.
Kilas balik berbagai peristiwa yang saya alami secara bergantian berlalu di pikiran saya. Benar, bersama-sama merekalah saya melewati momen bisa tertawa lepas, bisa berbicara apa saja tanpa takut mereka tersinggung karena sudah tahu apa yang mereka suka dan tidak suka, bisa menerima ledekan tanpa rasa kesal karena tahu apa yang mereka katakan hanya bercanda, bisa bertanya apapun dan percaya pada jawaban mereka…
But at the very end, it is always between me and God. Moreover, He is the one that destined me at the very beginning to walk this path. Because He is more concerned about His name, His glory, His Kingdom, His will.
Saya sungguh percaya ada intervensi Tuhan dalam segala sesuatu, bahkan dalam peristiwa ini yang saya anggap sebagai an error pada awalnya. God makes no mistakes, no error. It is human’s nature that make us tend to see everything the opposite.
Mungkin pada awalnya pilihan Kutai Barat terlihat baik. Tempat yang nyaman, bersama-sama teman-teman yang dapat dipercaya, sepertinya semua kesulitan dapat dilewati bersama-sama mereka.
But, the good is always the enemy of the best.
Whenever our right becomes the guiding factor of our lives, it dulls our spiritual insight. The greatest enemy of the life of faith in God is not sin, but good choices which are not quite good enough. The good is always the enemy of the best. Many of us do not continue to grow spiritually because we prefer to choose on the basis of our rights, instead of relying on God to make the choice for us. We have to learn to walk according to the standard which has its eyes focused on God. And God says to us, as He did to Abram, “…walk before Me…” (Genesis 17:1)
– Oswald Chambers
Jadi, cerita apakah yang akan menanti di Soe? It is God’s secret waiting to be revealed at the right time :)
“Faith never knows where it is being led; it knows and loves the One who is leading.” (Oswald Chambers)